Wednesday 29 November 2017

Ajag

“Ajag ajag!”

Suara orang kampung bergemuruh riuh, meramaikan suasana malam. Kobaran api dari lampu obor yang mereka bawa juga ikut menerangi malam yang pekat itu.

***

“Iya Ceu, Bibi aku juga pernah lihat, katanya serem. Matanya merah, hidungnya panjang. Dan besoknya, bibi aku langsung sakit keras.” Ratih berujar dengan ekspresi yang sangat serius.

“Tuh kan. Berarti cerita itu benar. Aku kira cuma kabar angin saja.” Ita ikut menimpali ucapan Ratih dengan tak kalah serius.

“Apanya yang bener? Kalian tuh harus jaga omongan, gak boleh ngomongin sembarangan jurig ajag.” Ambu ikut bergabung dengan mereka, tangannya penuh membawa nampan berisi pisang goreng yang baru matang.
---
“Bu. Ratih tidur sama Ambu ya? Asa keueung.” Ratih berdiri di ambang pintu kamar Ambu yang terbuka.

“Iya Tih. Ayo sini.”

***

“Telah berpulang ke rahmatullah Ratih binti Sadid, Rita binti Ubo, dan Ukoy binti Akan, dini hari ini…”
Suara dari speaker mesjid menggema, mengisi keheningan dini hari yang masih cukup gelap.*

No comments:

Post a Comment

Gomawo~