Friday 9 April 2010

Cerpen : Apa-apaan Ini?

Drrrttt! Drrrttt! Drrrttt!

Ponsel yang kuletakkan di atas meja bergetar. Aku beranjak, lantas mengambilnya yang semakin bergetar heboh. Ternyata Cakka, pacarku yang sering mendeklarasikan diri sendiri ganteng menelpon.

"Ada apa Cak?" ujarku dengan sebelah tangan yang masih sibuk memilih buku pelajaran untuk hari ini.

"Umm... Ag?" terdengar suaranya dari sebrang.

"Hmmm..."

"Aku mau kita putus," ujarnya lirih.

Aku berhenti sebentar dari memilih-milih buku pelajaran. Serasa ada tiba-tiba yang menghisap semua oksigen di ruangan ini, sesak sekali rasanya. Mataku memanas dengan sendirinya, mengundang beberapa tetes air untuk bergelung di ujung kelopak mata. Tapi apa yang harus kuperbuat? Memohon padanya untuk berpikir ualng? Memohon padanya untuk menjelaskan kenapa? Atau mungkin hubungan kami memang sudah waktunya berakhir? Memang, beberapa hari ini hubunganku dengannya sedang bermasalah. Aku menghela napas setelah beberapa detik mematung di tempat. Pada akhirnya ego gengsikulah yang menguasai. Kukumpulkan tenaga dan suara yang cukup santai untuk menanggapi pernyataannya, berusaha sekuat tenaga menghilangkan nada bergetar yang keluar dari mulutku.

"Ya kalo itu mau lo boleh aja," ujarku sesantai mungkin. Aku langsung memutuskan panggilan, lantas membantingnya ke kasur, aku masih sadar untuk tidak membantingnya ke lantai, tau diri kalau aku belum bisa mencari uang.

Dasar! Cakka bodoh! Oke lupakan dia! Dan jangan menangis! Sekuat tenaga aku mendoktrin diriku sendiri.

Monday 22 March 2010

Sepuluh : Akhir

Akhir

Matahari masih bersinar, memancarkan cahaya jingganya sore itu. Ozy duduk sendirian di pinggir danau. Tangannya memain-mainkan sehelai daun yang tadi dipetiknya.
Sudah enam tahun berlalu semenjak gerbang Barbush dibuka. Ray sudah mulai merelakan Olivia di kehidupan barunya, dia sudah mempunyai incaran baru. Keke, gadis manis yang sedikit pendiam. Rio juga sudah mulai merelakan hubungan Cakka dengan Agni. Sekarang dia mulai dekat dengan salah satu gadis teman kuliahnya, namanya Ify. Sementara Cakka dan Agni sudah tunangan, tak ada yang menyangka mereka akan tunangan. Ray dan Acha benar-benar akan menjadi saudara ipar. Hubungan Ozy dan Acha pun semakin membaik, mereka saling melengkapi dan mengingatkan. Tak ada yang mengerti, bagaimana perasaan kedua anak itu.

Monday 15 March 2010

Sembilan : Town Gate of Barbush

Town Gate of Barbush

Pagi itu Cakka, Agni, Rio, dan orangtua mereka sudah berada di rumah Pak Duta. Semalam Pak Duta mendapat kabar dari Obiet, bahwa adiknya akan mengantar anak-anak itu ke rumahnya. Pak Duta langsung memberitahu mereka supaya pagi ini datang ke rumahnya.
Agni duduk di tengah-tengah Cakka dan Rio, baru kali ini dia menangis begitu lama. Agni menutup wajahnya dengan kedua tangan, Cakka yang sekarang sudah menjadi pacarnya mencoba menenangkan. Dia mengusap-ngusap punggung Agni. Rio melihat mereka tanpa bicara apa-apa. Ingin sekali, rasanya dia berada di posisi Cakka. Merangkul Agni dan menenangkannya. Tapi itu tak mungkin, Rio masih punya perasaan. Tak mungkin dia begitu saja memeluk Agni, sementara Cakka ada di sana. Rio menghela napas, mencoba merelakan Agni untuk Cakka.
- - - - - - - - - - -

Monday 8 March 2010

Delapan : Penyelamatan

Penyelamatan

Ozy membawa Acha melewati hutan, dia sendiri tak tahu, harus ke mana sekarang dia pergi. Ozy berhenti dan menidurkan Acha di atas rumput. Dia melihat wajah Acha semakin pucat, tapi dia tak tahu apa yang harus ia lakukan. Ozy tak tahu apa-apa tentang perobatan.
Setelah sekian lama Ozy mondar-mandir memikirkan cara menyembuhkan Acha, Ozy teringat pada Oik. Sebaiknya dia membawa Acha pada Oik, siapa tahu dia bisa mengobati Acha.
Malam itu masih larut, Oik masih sibuk dengan mimpinya. Dia mendengar ada yang mengetuk pintu. Dengan rasa kantuk yang masih menyerang, Oik bangun dan membuka pintu. Rasa kantuknya mendadak hilang begitu melihat Ozy berdiri di sana dengan seorang wanita pingsan di pangkuannya. Melihat pintu rumah terbuka, Ozy langsung masuk. Dia menidurkan Acha pada salah satu kursi yang ada di ruang tamu. Oik memandang Acha dengan perasaan cemas.
"Dia kenapa? Wajahnya begitu pucat. Mulutnya juga berdarah," kata Oik cemas.

Monday 1 March 2010

Tujuh : Tawanan

Tawanan

Malam itu begitu dingin, Ray dan Acha duduk berimpitan dalam sebuah ruangan yang gelap. Memang, sekarang mereka sudah bisa melihat cahaya. Tapi ruangan itu begitu lembab dan gelap. Ray dan Acha tak tahu pasti bagaimana mereka bisa berada di sana. Tadi sore, ketika mereka terbangun, mereka sudah ada di sana. Tanpa Ozy. Sebenarnya mereka khawatir dengan keadaan Ozy, tapi mau bagaimana lagi, keadaan mereka juga cukup mengkhawatirkan saat ini.
Terdengar derap langkah memasuki ruangan. Ray dan Acha langsung merebahkan diri, pura-pura tidur. Orang itu memasuki ruangan. Bukan! Itu bukan orang! Postur tubuhnya seperti manusia, tapi tangannya runcing dan panjang. Matanya merah menyala, kulit wajahnya berkerut-kerut. Makhluk itu menyeringai memamerkan giginya yang tajam. Acha yang melihat dari sudut matanya, menahan napas. Berusaha supaya jeritan ketakutannya tidak keluar. Ray memejamkan matanya, tak ingin melihat makhluk itu.
Makhluk itu menghampiri mereka, menendang-nendang badan mereka, kasar. "Bangun! Tuan kami ingin bertemu kalian!"

Monday 22 February 2010

Enam : Kaum Kracker

Kaum Kracker

Sambil menunggu Obiet pulang, selesai makan Oik mengajak Ozy berkeliling di sekitar rumahnya. Meskipun Ozy masih memikirkan kedua sahabatnya, tentu saja dia tak akan menolak kesempatan itu. Apalagi udara di sana begitu sejuk. Mereka terus bercerita sambil berjalan. Sesekali Ozy menghirup udara dengan penghayatan, menikmati udara Gunung Hurein yang segar meskipun sudah siang.
Ozy mengetahui sesuatu tentang Oik. Dari pembicaraanya dengan Oik, ia menyimpulkan kalau Oik adalah peri hutan. Dia suadah berusia ratusan tahun, tapi itu masih terbilang remaja dalam bangsa mereka. Dan setelah diperhatikan dengan teliti, ada satu kejanggalan dalam fisiknya. Ozy melihat telinga Oik berbeda dari telinga manusia. Telinga Oik sedikit lancip dan agak panjang. Oik punya juga punya kekuatan sihir untuk mengatur kehidupan Hutan di sekitarnya. Oik banyak bercerita tentang legenda-legenda Gunung Hurein yang hampir tak asing lagi di telinga Ozy.
"Kau pernah mendengar mitos, kalau yang masuk Gunung Hurein terlalu dalam tak akan kembali lagi?"

Monday 15 February 2010

Lima : Kunci Perak

Kunci Perak

Ozy mengucek-ngucek matanya, dia tertidur cukup lama. Melihat keadaan yang sangat gelap dia membuka kepalan tangannya. Kunci emas tergeletak di sana, memancarkan cahaya kuningnya. Ozy mengarahkan cahaya itu ke sekelilingnya. Tapi Ray dan Acha tak ada di sana. Kedua sahabatnya lenyap. Perasaan bersalahnya semakin besar. Dia telah membawa mereka ke sini, dan sekarang mereka hilang.
Ozy mengingat-ingat kejadian sebelumnya. Mereka sedang menunggu pagi, kemudian dia membayangkan banyak kabut di sekelingnya, dan dia tertidur. Ketika bangun, Ray dan Acha sudah tidak ada bersamanya. Ozy mengarahkan kunci emas itu ke samping kanannya. Rumput setinggi mata kaki terus melebar, tak ada tanda-tanda kedua sahabatnya di sana. Rumput itu masih berdiri tegak, tak ada bekas terinjak.
"Ray! Acha!" Ozy berteriak memanggil kedua sahabatnya. "Ray! Acha! Kalian mendengarku?!" Tak ada jawaban, bahkan tak ada suara apapun. Ozy mulai putus asa, tapi anggapannya tentang putus asa adalah sikap pengecut, membuat dia kembali kuat.

Monday 8 February 2010

Empat : Adventure is Begins


Adventure is Begins

Malam semakin larut. Ozy, Acha, dan Ray berjalan menuju kegelapan. Sangat gelap, tak ada cahaya sedikitpun. Langit malam terhalangi dedaunan. Ketika mereka melangkahkan kaki, rasanya seperti tersedot. Mereka merasakan tekanan pada tubuh mereka dari arah belakang.
"Aduh!" Acha setengah menjerit. "Ray kau menginjak kakiku!"
"Hei! Siapa tahu itu Ozy! Dari mana kau tahu itu kakiku? Di sini gelap." Ray tidak terima dengan tuduhan Acha.
"Jelas itu kau! Ozy tadi berjalan duluan," kata Acha mulai kesal.
"Iya. Sorry sorry." Akhirnya Ray mengalah. "Seharusnya tadi kita bawa senter. Kalau gelap begini mana bisa jalan."
Mendengar perkataan Ray, Ozy teringat dengan kunci emas yang mengeluarkan cahaya. Dia menarik kunci itu, yang dia simpan di saku jaketnya. Begitu kunci keluar, cahaya emas menerangi tempat itu. Ozy membalikkan badannya. Ternyata Ray dan Acha cukup jauh berdiri di belakangnya. Melihat ada cahaya, kedua sahabatnya mendekati Ozy.
"Wow! Apa itu kunci dari Uncle Jo tadi?" tanya Ray setelah dia dekat dengan Ozy.

Monday 1 February 2010

Tiga : A Job


A Job
Matahari bersinar cerah. Cahayanya menerobos memasuki kamar. Ketiga bocah itu masih tertidur. Sepertinya mereka tak akan bangun kalau saja tak ada gedoran pintu yang memaksa mereka untuk bangun. Acha yang pertama bangun, dia merentangkan tangannya dan menguap panjang. Dia melihat gorden jendela kamar Ozy yang masih menutup. Setelah membuka gorden, dia membangunkan kedua sahabatnya yang masih tertidur pulas.
"Hoaaaaammm..." Ray menguap lebar tanpa menutup mulutnya. "Hei! Kalian tahu? Semalam aku mimpi yang aneeehh banget," katanya.
"Memang mimpi apa kau?" tanya Ozy. Dia mendudukan badannya dan menghadap Ray.
"Semalam aku mimpi, ada orang bernama Uncle Jo. Katanya sih tetangga kau, Zy. Terus dia berubah bentuk jadi aneh. Dan yang bikin tambah aneh, Olivia itu sama kaya Uncle Jo," jelas Ray panjang lebar.
Acha mendekati Ray dan menjitak kepalanya. "Itu bukan mimpi bodoh! Itu emang nyata!" kata Acha.

Monday 25 January 2010

Dua : Kaum Barbush


Kaum Barbush

Malam itu di rumah Ozy sudah banyak orang, tidak terlalu banyak juga sebenarnya. Hanya ada keluarga Acha, Ray, Olivia, dan beberapa tetangga dekat. Makan malam sudah hampir selesai saat itu. Mereka memberi Ozy hadiah dan ucapan selamat ulang tahun. Sejak acara itu berlangsung, Ozy terus memasang senyum manisnya ketika menyambut para tamu.
Ray dan Acha memutuskan untuk menginap di rumah Ozy malam itu. Setelah para tamu pulang, mereka segera masuk kamar Ozy dengan membawa semua kado. Ray membawa paling banyak, dia berharap mendapat sebagian jatah dari membantu Ozy mengangkut kadonya. Mereka menjatuhkan semua kado di karpet biru tua milik Ozy.
"Apa kubilang, mereka pacaran kan?" ujar Ray pada Acha dengan senyum kemenangan. "Kau lihat tadi? Mereka kemana-mana berdua. Tadi siang setelah dari rumahmu aku mengikuti Kak Agni. Mereka janjian di taman dekat danau."
"Kau menguping?" tanya Acha.

Monday 18 January 2010

Satu : Sang Pembuka


Sang Pembuka
Malam itu tak ada yang berbeda. Hanya hening. Dengan panorama langit malam penuh bintang serta sedikit musik dari para binatang malam yang saling bersahutan. Cahaya bulan tidak begitu terang, sedikit terhalang awan tipis, seolah ingin memberi kesan mistis bagi siapa saja yang melihat. Angin berhembus pelan, hanya membuat jendela-jendela rumah yang tidak tertutup berkerit kecil. Hanya malam yang normal seperti biasanya.
Sampai keheningan itu musnah ketika suara melengking memekakan telinga tiba-tiba bergaung dalam udara. Suara yang berasal dari salah satu rumah penduduk Hurein, melengking seperti suara jeritan anak kecil. Rumah bercat hijau tua yang jauh dari kata megah itu berkelap-kelip heboh. Warga yang mendengar suara lengkingan segera keluar rumah, bergegas pergi menuju rumah bercat hijau tua.
Mereka berkumpul membentuk sebuah lingkaran. Kantuk yang mendera mendadak hilang. Di tengah mereka sebuah benda bulat seperti mutiara besar dengan bingkai perak disekelilingnya masih berkelap-kelip dan mengeluarkan lengkingan panjang. Ketika benda itu berhenti melengking, keheningan kembali melanda. Tak ada seorang pun yang berani bicara. Hanya suara desahan napas lelah dan tegang yang terdengar. Wajah mereka menegang memandang benda itu. Kemudian suara besar dan serak terdengar menggelagar.
"Sang Pembuka telah lahir malam ini. Kaum Barbush akan membuka rumahnya."
Suara itu lenyap begitu saja, keheningan kembali melanda. Wajah mereka masih tegang, tapi ada secercah harapan dalam benak mereka.

Sunday 17 January 2010

Cerbung : Town Gate of Barbush

Kali ini saya mau posting cerbung fanfict kedua saya (soalnya fanfict pertama yang saya bikin nyampe sekarang belom tamat-tamat hoho) 

Pemeran : Ozy, Acha, Ray
Pemeran lainnya : Oik, Obiet, Rio, Agni, Olivia, Cakka.
Genre : Petualangan & Persahabatan, ada sedikit romance-nya juga sih tapi gak begitu banyak.
Rated : K - T (mungkin masih aman jika dibaca anak-anak)

~~~~~~~~000~~~~~~~
Gomawo~