Monday 22 February 2010

Enam : Kaum Kracker

Kaum Kracker

Sambil menunggu Obiet pulang, selesai makan Oik mengajak Ozy berkeliling di sekitar rumahnya. Meskipun Ozy masih memikirkan kedua sahabatnya, tentu saja dia tak akan menolak kesempatan itu. Apalagi udara di sana begitu sejuk. Mereka terus bercerita sambil berjalan. Sesekali Ozy menghirup udara dengan penghayatan, menikmati udara Gunung Hurein yang segar meskipun sudah siang.
Ozy mengetahui sesuatu tentang Oik. Dari pembicaraanya dengan Oik, ia menyimpulkan kalau Oik adalah peri hutan. Dia suadah berusia ratusan tahun, tapi itu masih terbilang remaja dalam bangsa mereka. Dan setelah diperhatikan dengan teliti, ada satu kejanggalan dalam fisiknya. Ozy melihat telinga Oik berbeda dari telinga manusia. Telinga Oik sedikit lancip dan agak panjang. Oik punya juga punya kekuatan sihir untuk mengatur kehidupan Hutan di sekitarnya. Oik banyak bercerita tentang legenda-legenda Gunung Hurein yang hampir tak asing lagi di telinga Ozy.
"Kau pernah mendengar mitos, kalau yang masuk Gunung Hurein terlalu dalam tak akan kembali lagi?"

Monday 15 February 2010

Lima : Kunci Perak

Kunci Perak

Ozy mengucek-ngucek matanya, dia tertidur cukup lama. Melihat keadaan yang sangat gelap dia membuka kepalan tangannya. Kunci emas tergeletak di sana, memancarkan cahaya kuningnya. Ozy mengarahkan cahaya itu ke sekelilingnya. Tapi Ray dan Acha tak ada di sana. Kedua sahabatnya lenyap. Perasaan bersalahnya semakin besar. Dia telah membawa mereka ke sini, dan sekarang mereka hilang.
Ozy mengingat-ingat kejadian sebelumnya. Mereka sedang menunggu pagi, kemudian dia membayangkan banyak kabut di sekelingnya, dan dia tertidur. Ketika bangun, Ray dan Acha sudah tidak ada bersamanya. Ozy mengarahkan kunci emas itu ke samping kanannya. Rumput setinggi mata kaki terus melebar, tak ada tanda-tanda kedua sahabatnya di sana. Rumput itu masih berdiri tegak, tak ada bekas terinjak.
"Ray! Acha!" Ozy berteriak memanggil kedua sahabatnya. "Ray! Acha! Kalian mendengarku?!" Tak ada jawaban, bahkan tak ada suara apapun. Ozy mulai putus asa, tapi anggapannya tentang putus asa adalah sikap pengecut, membuat dia kembali kuat.

Monday 8 February 2010

Empat : Adventure is Begins


Adventure is Begins

Malam semakin larut. Ozy, Acha, dan Ray berjalan menuju kegelapan. Sangat gelap, tak ada cahaya sedikitpun. Langit malam terhalangi dedaunan. Ketika mereka melangkahkan kaki, rasanya seperti tersedot. Mereka merasakan tekanan pada tubuh mereka dari arah belakang.
"Aduh!" Acha setengah menjerit. "Ray kau menginjak kakiku!"
"Hei! Siapa tahu itu Ozy! Dari mana kau tahu itu kakiku? Di sini gelap." Ray tidak terima dengan tuduhan Acha.
"Jelas itu kau! Ozy tadi berjalan duluan," kata Acha mulai kesal.
"Iya. Sorry sorry." Akhirnya Ray mengalah. "Seharusnya tadi kita bawa senter. Kalau gelap begini mana bisa jalan."
Mendengar perkataan Ray, Ozy teringat dengan kunci emas yang mengeluarkan cahaya. Dia menarik kunci itu, yang dia simpan di saku jaketnya. Begitu kunci keluar, cahaya emas menerangi tempat itu. Ozy membalikkan badannya. Ternyata Ray dan Acha cukup jauh berdiri di belakangnya. Melihat ada cahaya, kedua sahabatnya mendekati Ozy.
"Wow! Apa itu kunci dari Uncle Jo tadi?" tanya Ray setelah dia dekat dengan Ozy.

Monday 1 February 2010

Tiga : A Job


A Job
Matahari bersinar cerah. Cahayanya menerobos memasuki kamar. Ketiga bocah itu masih tertidur. Sepertinya mereka tak akan bangun kalau saja tak ada gedoran pintu yang memaksa mereka untuk bangun. Acha yang pertama bangun, dia merentangkan tangannya dan menguap panjang. Dia melihat gorden jendela kamar Ozy yang masih menutup. Setelah membuka gorden, dia membangunkan kedua sahabatnya yang masih tertidur pulas.
"Hoaaaaammm..." Ray menguap lebar tanpa menutup mulutnya. "Hei! Kalian tahu? Semalam aku mimpi yang aneeehh banget," katanya.
"Memang mimpi apa kau?" tanya Ozy. Dia mendudukan badannya dan menghadap Ray.
"Semalam aku mimpi, ada orang bernama Uncle Jo. Katanya sih tetangga kau, Zy. Terus dia berubah bentuk jadi aneh. Dan yang bikin tambah aneh, Olivia itu sama kaya Uncle Jo," jelas Ray panjang lebar.
Acha mendekati Ray dan menjitak kepalanya. "Itu bukan mimpi bodoh! Itu emang nyata!" kata Acha.
Gomawo~