Friday 30 September 2011

Genangan Harapan

Tulisan ini saya buat dalam untuk memenuhi tugas narasi yang ditugaskan dosen mata kuliah Bahasa Indonesia pada semester awal saya belajar di STT Tekstil ini.


Genangan Harapan

Kata orang, semakin tinggi pohon, semakin besar angin yang berhembus. Jika pondasi akarnya tidak kuat, maka pohon tersebut akan tercabut dari tanah. Begitupun hidup. Semakin orang beranjak dewasa, semakin besar ujian yang menghadang. Jika pondasi harapannya tidak kuat, maka dia akan tercabut dari seleksi alam yang ia hadapi.

***

Saturday 27 August 2011

Cerpen : Hope of Love

Berharap. Tak ada yang salah dengan kata itu. Hanya sebuah kata yang tersusun dari delapan huruf. Tapi mengapa terdengar begitu lemah? Tak salah bukan jika kita berharap? Meskipun harapan itu tak mungkin terwujud.

***

Aku memasuki kelas dengan baterai energi yang hampir habis. Bagaimana tidak, aku menghabiskan hampir sepanjang malam hanya untuk membuat  fanfict idola cilik. Mungkin terdengar kekanakan, tapi aku suka anak-anak idola cilik itu. Mereka begitu lucu, pandai bernyanyi, pintar, dan keren. Aku suka menjodoh-jodohkan mereka dalam imajinasiku.

"Pagi Va." Aku mendengar suara berat menyapa telinga begitu aku duduk di bangku.

"Oh... Pagi." Aku menjawab agak gugup karena tak biasanya ada laki-laki yang menyapaku, biasanya mereka hanya menganggapku angin lalu di kelas ini.

Aku mendongak memandang seseorang yang sedang asyik mengotak-atik komputer kelas di meja guru. Ternyata Irsyad. Pantas saja dia menyapa, menurutku dia murid laki-laki paling cerewet di kelas ini. Aku menghela napas, lalu membaringkan kepala pada bangku di hadapanku. Mungkin aku menghela napas terlalu keras, karena beberapa detik setelah aku membaringkan kepala, suara Irsyad kembali terdengar.

Gomawo~