Saturday 31 October 2015

Horor Komedi : Malam Minggu

Malam minggu. Nadin dan Rakka, sepasang muda mudi tengah duduk berdampingan di sebuah taman. Keduanya hanya menunduk malu, kadang kedua mata mereka saling bertemu, saling tersenyum sekilas, lantas  menunduk kembali. Keduanya terus seperti itu sampai sang wanita hanya menunduk tanpa memandang yang satunya lagi.

“Mmm... Nad, aku mau ngaku sesuatu sama kamu.” Rakka berujar ragu.

Melihat tak ada reaksi apapun dari Nadin, Rakka melanjutkan perkataannya.

“Sebenernya... aku... mmm... aku... aku... suka sama kamu. Kamu mau ga jadi... jadi... pacar aku?” Tetap tak ada tanggapan apapun dari Nadin yang masih menunduk. “Eh tapi tapi tapi kalo kamu belum bisa jawab apa-apa, ga apa-apa kok jawabnya kapan aja. Aku gak maksa kamu buat jawab malam ini. Aku cuma mau kamu tau aja apa yang aku rasakan selama ini sama kamu.”

Tuesday 27 October 2015

Cerpen : Gaun Kekasih

"Maaf." Wanita itu menunduk, berujar pelan. "Aku tak akan menemuinya lagi."

Alvin, seorang lelaki berperawakan tinggi, hanya menatap Wanita di hadapannya. Meskipun rahangnya mengeras menahan marah, bibirnya menyunggingkan seulas senyum tipis.

"Sudahlah," lirih Alvin, meghela napas pelan, lantas tangannya mengelus lembut pipi kiri Wanita itu. "Selama kau tak menemuinya lagi itu sudah cukup," ujarnya kembali. Wanita di hadapan Alvin mendongak, tersenyum, lantas memeluk lelaki itu.

"Aku mencintaimu." Wanita itu berkata lirih.

Perlahan tangan Alvin membalas pelukannya. Bibirnya kembali menyunggingkan seulas senyum tipis.

Thursday 22 October 2015

Horor Komedi : Polisi Kuburan

Koran Kammal (Kamis Malam) 
Headline : Kembali, terjadi perampokan di pusat kawasan Kuburan Elite. Tak ada korban jiwa, tetapi diduga kerugian mencapai lima juta dolar akhirat.

Sesosok makhluk serba hitam menutup koran malamnya. “Ah paling Si Gunder yang beraksi lagi ini. Kalo polisinya kaga diganti nyampe kiamat juga kagak bakalan ketangkep tuh rampok.”

“Ada apa sih Pa? Malem-malem gini udah ngedumel. Tambah item ntar.” Sesosok makhluk lain berambut panjang dengan daster putih menghampiri makhluk hitam tadi.

“Ini Ti, sistem keamanan pekuburan di sini. Gak bakal berkembang kalo kaya gini terus. Harusnya kita rundingin lagi siapa yang pantes jadi polisi.”

“Udahlah Pa, lagian kuburan kita gak bakal kemalingan. Gunder kan temen baik Bapa.” Kunti kini duduk di samping Makhluk Hitam tadi. “Tolong beliin makanan dong Pa, ke warungnya Kunti Emin. Makanan kita udah abis, Si Tuyul minta susu terus, kasian tambah kecil dia ntar.”

Wednesday 14 October 2015

Bambung Hideung

"Bambung hideung, bara-bara teuing diri. Leuheung bari dianggo ka suka galih. Situ pinuh balong jero. Bebendon sareung bebendu unggal ti salira ju…ag. Awiiii teh pangajul buah, lantaran ti kitu. Sora bedil luhur mega paripaos, teu paya lepat saeutik. Diri abdi kagamparan.

Eeee.. banondari, nu geulis kawanti wanti. Nu endah na malih warna puputon kembang kadaton. Jungjunan, lamun teu… kauntun tipung, katambang beas laksana kapiduriat. Matak paeh ngabale bangke. Matak edan leuleuweungan."

Konon katanya, ketika nyanyian itu mengalun. Mereka menari. Berarak keliling kampong. Menjemput jiwa-jiwa yang lengah. Aku tak percaya hal itu, sampai kemarin malam nyanyian itu terdengar. Mengalun mendayu menyapa telinga.

***

Angin semakin menelisisk tengkuk ketika di kejauhan terdengar suara kendang, saling bersahut mengimbangi iringan kendang lain. Lamat-lamat terdengar merdu suara wanita di antara tabuhan-tabuhan. Aku melihat rombongan iring-iring berarak keliling kampung, mengantar kelam yang semakin mengudara. Rombongan tadi menari-nari dengan luwes, menjemput para jiwa yang dibiarkan tersesat.

Friday 9 October 2015

Nulis Lagi... Yeay --"


Kayanya udah lama banget saya ga nulis lagi. Mungkin berbulan bulan. Tiap bikin tulisan itu rasanya malas sekalihhh kawan, pengennya tuh tiap hari tiduran doang *ternyata sampai sekarang dia selalu jadi musuh terbesarku*

Robert’s got a quick hand. He’ll look around the room He won’t tell you his plan He got a rolled ci……………….

Entah kenapa lagu ini sampai sekarang masih menjadi lagu favorit saya (yang versi foster the people yak bukan versi yang lain).

Omong omang soal menulis, entah kenapa tiap denger lagu ini selalu punya pikiran, “Saya harus nulis. Saya harus nulis. Saya harus nulis.” Meski pikiran itu terus menggaung dalam otak saya, tapi si malas ini selalu saja datang dan merusak suasana. Yang akhirnya saya cuma tiduran sambil dengerin lagu pump up kick dan menghayal sedang nulis. Iya ngehayal. Ngehayal doang. Cuma ngehayal doang kalo saya lagi nulis -_- menghayal itu hal terseru dan tergratis yang bisa dilakukan kawan. Sambil tiduran juga bisa ngayal.

Oke. Sekarang mari kita kembali mendengarkan lagunya foster the people favorit saya ini :3





Gomawo~