Friday 25 December 2015

Hiruk Pikuk Sore di Lembang

Hari terakhir ade saya nginep, dia pengen jalan-jalan di sekitaran Bandung. Berhubung saya kurang suka jalan-jalan jadi saya kurang tau tempat-tempat seru buat maen di sekitaran Bandung. Yang saya tau cuma perpustakaan daerah yang di Soekarno Hatta, asli itu perpustakaan enak banget tempatnya, bukunya banyaaakk. Oke balik ke cerita. Berhubung saya gatau tempat jalan-jalan di Bandung, jadi ade saya aja yang mutusin mau pergi ke mana. Dan karena dia juga gatau banyak tempat buat maen di bandung soalnya tentu saja dia bukan orang bandung, jadi dia memutuskan buat pergi ke de ranch aja.


Monday 21 December 2015

Anatara Alun-alun, Braga, dan Balai Kota

Sepertinya kali ini saya gabisa mikirin kata buat bikin kata-kata pembuka jadi kita langsung saja. Setelah wisuda kemarin ade saya ikut nginep di kosan selama seminggu nyampe libur natal. Jadi di sini lah kita hari minggu kemarin. Di daerah sekitar alun-alun Bandung. Cuma sekedar liat-liat apa aja yang bisa dijumpai di sekitar sini.


Sunday 20 December 2015

Kemarin

Mungkin ini yang namanya 'merasa kehilangan', mungkin karena itu juga lah kenapa setiap perpisahan selalu diiringi tangisan. Aku tau mereka masih ada, tapi nanti suasananya akan terasa berbeda, tak akan lagi seperti dulu. Ah... ternyata empat tahun terasa begitu cepat berlalu. Rasanya baru kemarin melihat ‘cilok berjalan’ yang berusaha ditutupi kupluk, dan kemarin kupluk-kupluk itu berganti menjadi toga. Melihat lautan jubah hitam dan toga, tentu saja itu sangat menakjubkan. Kemarin... semua rasa dan kenangan seolah berkumpul menjadi satu. Rasanya seperti tak ingin hari itu berakhir, karena aku tak tau esok atau lusa apakah akan merasakan momen spesial seperti itu lagi atau tidak. Karena aku tak tau esok atau lusa apakah akan merasakan momen-momen seperti empat tahun kemarin lagi atau tidak. Begitu banyak cerita yang kusaksikan dan kulewati di sana.

Tak banyak kata yang bisa kutuliskan, karena aku bukan pujangga tentu saja. Aku hanya ingin mengabadikan kenangan kemarin di sini, meski hanya dengan tulisan pendek seperti ini. Siapa tau jika suatu saat tulisan ini kembali terbaca, memori kemarin akan kembali terputar. Meski tak banyak gambar yang bisa kuabadikan, tapi semuanya terekam jelas dalam memori. Aku pasti akan sangat merindukan setiap momen yang pernah terlewati selama empat tahun kemarin. Yahhh… meski mungkin selama empat tahun itu aku hanya membuat beberapa orang kesal, greget pengen jitak, dan menguarkan aura canggung dimana-mana dengan sifatku yang seperti ini. Tapi aku akan sangat merindukan kalian dan momen-momen itu. Terimakasih kawan sudah mau berbagi kenangan bersama. Ahhh… air ini kembali bergelung di kelopak mata.

Seperti kata salah satu teman kelasku kemarin :

Saturday 12 December 2015

Subuh


Aku berada di kantor tempat kerja, tapi ruang tamunya sedikit berbeda. Kuamati sekeliling sejenak, dan akhirnya menyerah ketika tak menemukan apapun yang membuat ruang tamu ini terasa berbeda. Di sana ada yang mau wawancara, wajahnya tidak begitu terlihat. Dia duduk di kursi dekat pinggir pintu, cahaya dari luar cukup menyilaukan mata sehingga wajahnya tak terlihat jelas. Tapi setelah kuperhatikan beberapa lama dengan menajamkan penglihatan, ternyata dia teman sekampungku.

“Asep? Asep ya?” Aku agak ragu bertanya. Dia menganggukkan kepala seraya tersenyum.

Kami mulai ngobrol ringan di sana, tanya kabar keadaan keluarga di kampung halaman. Kami sedang asik-asiknya mengenang kampung halaman, ketika ada rombongan keluarga memasuki ruang tamu. Mereka tamu di tempat kerjaku. Karena kursinya tidak akan cukup kalau kami semua duduk di ruangan itu, akhirnya aku dan salah satu temanku, yang entah kapan datangnya langsung masuk ke dalam.

Di dalam ada salah satu teman SMP-ku dekat tangga sedang melakukan ritual aneh, katanya itu untuk mengusir setan. Dia mengumplkan roh-roh halus terlebih dahulu, lalu memusnahkannya. Ketika aku dan teman kerjaku akan menaiki tangga, dia bilang dia akan memanggil roh halusnya jadi kami disuruh untuk cepat-cepat menaiki tangga sebelum roh itu muncul. Karena siapa tau roh itu akan menempel pada kami. Aku buru-buru menaiki tangga disusul temanku yang juga ikut tergesa. Berbarengan dengan menginjakkan kaki pada tangga terakhir, roh-roh itu bermunculan. Sebenarnya roh itu tidak terlihat, tapi entah kenapa aku tau kalau roh itu sudah mulai berdatangan.

Wednesday 2 December 2015

Tak Menarik untuk Disimak

Tulisanku berubah, menjadi aneh ketika kata-kata itu teruntai. Tangan ini kembali kaku saat menjemput kata. Huruf-huruf seolah asing bagiku. Aku hanya kembali berceloteh tak tentu arah. Ah... atau mungkin hidupku yang telah berubah? Tak lagi menarik untuk disimak, tak lagi menarik untuk dicatat.

Aku hanya bisa menengok kepingan rasa yang terjatuh. Berserakan bersama sampah dan daun di tengah jalan. Akankah ada yang menemukan kepingan itu? ketika rasa yang ada tak lagi bermakna. Aku merasa asing dengan diriku sendiri. Ini menjijikan ketika cermin itu memantulkan bayangnya. Hanya ada sesak yang kurasa ketika kutengok diriku disana. Apakah itu aku? Berlumuran dengan tinta hitam kelam. Akankah ini berubah ketika semuanya terlanjur merekah? Yang kudengar kini hanya musik yang mengalun lelah. Mendendangkan nadanya dalam resah.*

Gomawo~