Mari kita bergandeng tangan, memapah kata dalam lautan tawa
Aku hanya membutuhkanmu, untuk menjelajahi hidup bersama
Tak banyak yang kuinginkan, hanya bersamamu sampai tua
Bersedia memalingkan muka dan menatapku dalam segala suasana
Aku tak meminta harta benda, hanya cukup kamu menerimaku apa-adanya
Untukmu yang ada di sana, ini hanya sebatas rasa yang ku ungkapkan melalui perantara kata
Friday, 8 August 2014
Tuesday, 5 August 2014
Mekanisme Rasa
Ini dapet bikin pas lagi PKL di jam istirahat dan bingung mesti ngapain karena belum banyak kenal orang *sedih* , akhirnya
duduk di ruangan kabag produksi sambil sibuk sok sok nulis, padahal nulis kek ginian :D
Di dalam kebisingan ini aku hanya bisa mengusap dada
membentuk asma dalam setiap desahnya
Kini semuanya terurai, mencabik rasa bersama helaan napasnya
Aku hanya bisa memandang, menatapnya dari balik jendela
Membiarkan ia terombang-ambing masa dalam pensucian jiwa
Ketika semuanya kembali bersatu, aku hanya bisa mengontrol
makna dalam seiap untainya, menunggu raga terpecah jiwa
Aku hanya bisa tersenyum menatap ia yang semakin sempurna
Membelit setiap luka yang terkadang menganga
Ia hanya kembali menuntut kata, membisikkan rasa dalam
untaian makna
Aku kembali hanya bisa merenggut setiap rasa yang terurai
bersama dahaga
Membentuk sepi ketika sepi tak lagi membahana
Aku hanya ingin terlelap bersamanya dalam labirin relung
jiwa yang terngiang dalam nada bahagia
Aku hanya ingin bersatu dengannya
Karena kita adalah sama
Kini semuanya tersenyum, ketika kita bersama membentuk rasa
dalam setiap untainya
~~~~~~~~~~0000000~~~~~~~~~
~~~~~~~~~~0000000~~~~~~~~~
Dan entahlah ini saya nulis apaan :D
Kawan
Kawan yang dulu sempat menawarkan kepastian, kini pergi meninggalkan kehampaan
Mungkin ia menganggap kawan hanya sebuah batu lompatan
Ketika ia lebih dulu sampai ketepian, batu itu masih di sana, terjebak ketidakpastian
Aku hanya heran, apakah semua insan hanya memberikan ajakan bualan?
Memanfaatkan keluguan kawan yang tak pernah menganggapnya lawan?
Lantas membuangnya ketika kawan masih terjebak dalam hamparan keputusasaan?
Ah... hidup ini memang sialan!
Mungkin ia menganggap kawan hanya sebuah batu lompatan
Ketika ia lebih dulu sampai ketepian, batu itu masih di sana, terjebak ketidakpastian
Aku hanya heran, apakah semua insan hanya memberikan ajakan bualan?
Memanfaatkan keluguan kawan yang tak pernah menganggapnya lawan?
Lantas membuangnya ketika kawan masih terjebak dalam hamparan keputusasaan?
Ah... hidup ini memang sialan!
Subscribe to:
Posts (Atom)
Gomawo~