Selama tiga puluh menit ini, ruangan itu terasa sunyi. Menguarkan kepedihan pada setiap inci ruangan. Menghasilkan senyap yang ia ciptakan sendiri.
Seorang gadis remaja menelungkup lemah pada kasur kapuk lepet usang. Sesekali punggungnya bergetar seiring dengan isak tangis yang terdengar. Bulir air mata terus keluar selama hampir setengah jam ini, membasahi bantal lepetnya yang juga hampir usang.
Sebuah telepon genggam entah keluaran tahun berapa terus berdering hampir setiap lima menit sekali. Namun gadis itu tak menghiraukannya sedikitpun. Ia tetap bergeming dengan air mata yang terus mengalir tak bisa ia hentikan. Otaknya masih memikirkan kabar yang ia terima setengah jam lalu.
No comments:
Post a Comment