Sunday, 10 March 2013

Fiksimini #2 : Waktu dan Kata


MERAH
Anak itu menggenggam sebilah pisau. "Aku suka merah!" ujarnya ceria. Meninggalkan seseorang di belakang yang bersimbah darah.

BINGUNG 
Ia termenung bingung. Apakah ini sunyi atau sepi.

SARAPAN 
"Sarapan dulu yuk?" "Gak ah, gue udah makan tadi." "Iya? Tumben. Sama apa?" "IYA KENYANG MAKAN ATI TADI." Kemudian melengos pergi.

SEMU 
Ia terdiam, tak tau lagi tempat mana yang membuatnya benar-benar nyaman.

SIANG 
Siang ini awannya sedang bermusuhan.

SIANG
Mataku mendadak sipit siang ini.

SIANG
"Selamat siang! Aku akan menghangatkan harimu," ujar Sang Surya tersenyum ceria.

SIANG
"Selamat siang! Selamat menikmati perjalanan anda," ujar pemandu hari, hari ini.

SIANG
Hari ini kelam, katanya matahari sedang cuti berlibur.

SIANG
Siang ini aku berdiri di tengah padang pasir yang beku.

SIANG
"Tolong! Mataharinya membuatku beku," jeritnya seraya berlali di tengah hamparan salju.

PAGI
"Pagi," ujarmu seraya menutup mata.

PAGI
"Aku selalu mempunyai semangat pagi," katamu kemarin. Dan pagi ini aku melihatmu masih bergelung dalam selimut.

PAGI
Aku melihatmu pulang tanpa baju pagi ini.

DURI
Katamu durinya kecil, tapi ia mati setelah mengeluarkan durinya.

DUDUK
Aku kemari datang hanya untuk duduk manis, melihatnya mencabik-cabik tubuhmu.

KATA
"Lebih baik mati daripada bersamamu," katamu kemarin. Dan hari ini aku berdiri sepi di depan mayatmu.

AIR MATA
Betapa satu tetes air bening ini menggambarkan sejuta pilu.

BUNGA
Lapak itu kini tinggal tanah dan setangkai bunga busuk.


No comments:

Post a Comment

Gomawo~