Friday, 27 September 2013

Hatiku Terjatuh Entah Dimana

Kemarin aku melihat seonggok daging busuk yang tergeletak di tengah jalan. Daging itu tampak masih baru, tetapi begitu didekati baunya busuk sekali. Hampir saja aku mengumpat bau di sana, lantas teringat kemarin ketika mereka memujiku, lantas mereka mengataiku. Aku tak terlalu peduli. Terserahlah orang berkata apa, aku memang busuk dan tak berguna.

Hari kembali berlalu begitu cepat. Dan aku hanya bisa menatap langit tanpa warna. Semua terasa begitu hambar. Tak ada kata, makna dan rasa. Aku tak lagi tau apa yang sebenarnya kutunggu dalam hidup. Aku tak lagi tau apa itu ambisi menggebu dan cita yang tinggi. Semua seolah sama, kemarin, hari ini, esok, tak ada yang berbeda. Hujan pun tak turun lagi, membiarkan bumi ini kekeringan. Mentari pun tak lagi bersinar, membiarkan bumi ini suram tanpa cahaya. Yah... warna itu kembali hilang.
Mereka selalu mengatakan saling mencintai pada sesama. Tapi aku tak lagi tau apa itu cinta, kasih, dan rasa. Rasanya dulu pernah kurasakan semua itu. Tapi kini lupa bagaimana semua itu terasa. Kini aku tak lagi peduli ketika orang-orang makan bangkai busuk. Aku tak lagi peduli ketika orang-orang bergelindingan di jalan. Aku tak lagi peduli ketika orang-orang terapung dalam lautan darah. Ah... mungkin hatiku tak lagi pada tempatnya. Sehingga semua rasa itu ikut hilang bersama bergesernya hati.

Oh... mereka bilang aku berbeda. Aku tak mengerti situasi. Aku tak berbelas kasih. Aku tak punya hati. Ah... apa mungkin hati itu sudah bergeser terlalu jauh? Kuraba hati ini, sepertinya tak ada apa-apa di sana. Mangkuk hati itu kosong tak berisi. 

Ya Tuhan! Dia hilang! Aku tak lagi punya hati. Hatiku terjatuh entah dimana.

No comments:

Post a Comment

Gomawo~