Kali ini saya cuma mau posting cerpen terjemahan yang pernah saya
terjemahin dari majalah Story edisi 39. Sebenernya waktu itu saya pernah ngirim
hasil terjemahan ini ke Story, tapi ternyata gak lolos *syedih*
Saya harus belajar lebih banyak lagi dalam hal menulis dan menerjemahkan.
Bayangan Masa Lalu
“Hey tunggu!” teriakku pada wantia yang berlari di hadapanku. Wanita
itu berhenti dan menoleh, memandangku. “Kenapa kau berlari? Apa yang kau takutkan?”
tayaku. Bibirnya terbuka hendak mengatakan sesuatu. Tapi, tiba-tiba ia
berteriak keras, membuatku terkejut... “Aaaa.”
“Aw!” Kepalaku terantuk jendela bus, terbangun dari mimpi. Mimpi buruk
yang sama tiga hari belakangan ini. Aku semakin memikirkan gadis dalam mimpi
itu. Bagaimanpun, wajahnya seolah tak asing bagiku. Dia terlihat sangat sedih
dan teriakannya menunjukkan kesedihan mendalam.
Sore yang mendung ketika aku sampai di kastil tua di sebelah timur kota
London. Bangunan yang kuno, bersejarah, dan pemandangan yang indah adalah
alasanku mengunjungi tempat ini.
Aku mengikuti pemandu wisata menuju ruangan besar yang ia kenalkan
sebagai kamar utama. Dulu ini dipakai oleh Raja Philips, pemilik kastil.
Tiba-tiba aku melihatnya, wanita dalam mimpi, berdiri di depan meja rias. Dia
terlihat begitu cantik dengan gaun abu-abu. Terlihat seperti pakaian pada abad
pertengahan.
‘Tunggu, kau tak tau dia kan? Apa yang ia lakukan bukan urusanmu.’
Suara dalam hati mengingatkan. Tapi aku malah mengikutinya.
“Hey, tunggu.” Aku berteriak sembari berlari ke arahnya. Tapi ia tak
mendengarku dan berjalan cepat menuju ruang bawah tanah. Ia sampai di depan
sebuah ruangan yang dihalangi jeruji besi. Tunggu, ini sebuah penjara? Tapi,
ini sudah ditutup sangat lama. Ini hanya dibuka ketika kunjungan wisata saja.
Jadi, apa yang ia lakukan di sini? Aku tidak bisa berpikir lebih lanjut karena
lelaki di belakang penjara mulai berbicara.
“Sophie, kenapa kau ke sini?” Suaranya terdengar lemah. Sedangkan wanita
itu mulai menangis.
“Ada sesuatu yang ingin aku katakan padamu James. Aku... aku
mengandung bayimu sekarang.” Sophie mengaku.
James terkejut. “Apa itu benar?” Matanya mulai berlinang.
“Sophie, ini adalah berita bagus. Aku... aku tak tau apa yang harus
kukatakan, aku berharap bisa bersamamu selamanya. Aku lebih baik mati daripada
harus melihatmu menikah dengan Raja Philips.”
Tiba-tiba seseorang membanting pintu di belakang kami. Seorang lelaki
tinggi besar terburu-buru memasuki ruangan. Dia berpakaian seperti Sophie,
pakaian pada abad pertengahan dengan mantel dan mahkota. Apakah ia Raja Philips
yang sedang mereka bicarakan? Ia terlihat sangat marah.
“Apa ini?! Ooh, cinta terlarang. Aku sudah memberitahumu untuk tidak
datang ke sini Sophie. Apa kau ingin melihatnya mati secara perlahan?” Ia
berbicara dengan nada tinggi.
Sophie memukulnya. “Kau jahat! Bagaimana bisa kau menahan James
seperti ini? Ia tidak bersalah. Kau juga tak memberinya makan, apa kau ingin
dia mati?”
Raja Philips tertawa.
“Hahaha... ia akan menjadi contoh yang baik bagi siapa saja yang
berani melawan Raja Philips! James Kingston, tak ada seorangpun, kecuali pandai
besi ini yang berani jatuh cinta pada Sohpie Claire, tunanganku,” ujar Raja
Philips. Ia mulai marah pada James.
“Aku bukan tunanganmu,” ujar Sophie. “Aku tak pernah menerima
lamaranmu, kau menahanku dan James dalam kastil ini. Aku tak akan pernah
menikahimu, kau jahat!” Sophie berteriak dan mulai memukul dada Raja Philips
lagi.
“Berhenti!” Raja Philips mencengkram lengannya. “Penjaga, bawa dia ke
ruangannya. Pengadilan dan hukuman untuk James Kingston akan segera
diputuskan!” Raja Philips memimpin keluar meninggalkan ruang bawah tanah.
“Tidak!” teriak Sophie dan James bersamaan. Tapi penjaga itu
menyeretnya menuju tangga. Aku terdiam, apa aku harus mengikuti Sophie? Sebelum
aku memutuskan, langkahku mengikuti langkah mereka. Aku mengikuti penjaga yang
membawa Sophie menuju kamar dan meninggalkannya sendirian di sana.
Situasi mulai tak terkendali. Aku mengikuti Sophie menyaksikan kekasih
tercintanya dari jendela. Di bawah sana di lapangan, James Kingston berdiri di
atas panggung. Sebuah tali tergantung di atas kepala. Tangannya terikat ke
belakang punggung.
“Inilah James Kingston, dihukum karena cinta terlarangnya dengan
tunanganku. Hukuman gantung adalah hukuman yang cocok untuk tindakannya yang
memalukan. Hukuman segera dilaksanakan!” teriak Raja Philips.
“Tidak!” James dan Shopie berteriak bersamaan. Tetapi hukuman terus
berlangsung, James dihukum gantung, cinta mereka terpisah oleh takdir yang
kejam. Aku berdiri di sana, menyaksikan Sophie menangis dan berteriak. Aku juga
merasa terkejut. Kejadian ini berlangsung sangat nyata di depanku. Kepalaku
terasa pusing, penglihatanku mulai kabur. Untuk beberapa menit suasana terasa
hening, kemudian aku mendengar suara seseorang yang tidak asing, suara pemandu
wisata.
“Sophie Claire melarikan diri pada malam itu. Ia bersembunyi di sebuah
desa terpencil dan tak pernah menikah selama sisa hidupnya. Beberapa kabar
mengatakan bahwa ia memabawa bayi laki-laki James Kingston ketika ia
bersembunyi. Ia menamakan bayi itu sama seperti nama ayahnya. Sophie memberikan
kalung kepada anaknya yang kemudian diwariskan kepada setiap keturunannya.
Kalung itu dibuat oleh James Kingston untuk Sophie, dan terdapat simbol SJ di
atasnya.”
Aku menghela napas dalam dan mencoba untuk mengembalikan kesadaranku.
Perlahan aku mulai bisa melihat dengan jelas. Meyadari apa yang pemandu wiasata
katakan, aku mulai menyentuh leher. Aku mengenakan kalung pemberian Nenek. Ia berkata kalung itu sudah ada pada keluarga
kami sejak zaman dulu. Aku menyentuh simbol SJ yang timbul pada kalung.
Tangisan keluar dari mataku. Aku baru saja mendapat penglihatan pada
apa yang terjadi pada nenek moyangku. Aku memperhatikan sekeliling ruangan,
berpikir apakah Sophie ada di sini dan melihatku meskipun aku sadar kita berada
pada dunia dan waktu yang berbeda. Aku berterimakasih karena telah
memperlihatkan padaku kisahnya, kisah cinta abadi yang akan aku ceritakan pada
keturunanku nanti.*
No comments:
Post a Comment