"Kamu selalu cantik seperti biasa," bisikmu lirih.
Aku hanya bisa tersenyum mendengar katamu. Wajahku terasa panas, sepertinya memerah. Kamu tau? Suaramu begitu merdu malam ini. Apa kamu berlatih menyanyi sampai suaramu semerdu itu?
"Saat ini kamu hanya milikku seorang sayang," bisikmu lagi. Lirih. Hampir tak terdengar. Larut bersama kesunyian malam.
Perlahan, tanganmu yang lembut mulai menyentuh wajahku. Ah… sepertinya ada yang beda dengan sentuhanmu malam ini. Tapi mungkin ini hanya perasaanku saja. Aku hanya sedikit resah, sedari tadi kamu selalu berbisik, kamu tak secerewet biasanya. Apa kamu takut suara merdumu akan hilang jika terlalu banyak bicara?
"Bangsat!"
Aku terlonjak kaget mendengar teriakan seseorang yang mendobrak pintu. Tunggu. Sepertinya aku kenal suara itu.
"Apa yang kau lakukan di sini dengan istriku? Setan kurang ajar!"
Tidak. Bukan kenal lagi. Aku tau betul itu suara siapa. Kugerakkan tangan mencari selimut dan apapun yang bisa menutupi tubuhku. Sial. Aku benci kegelapan.*
Aku hanya bisa tersenyum mendengar katamu. Wajahku terasa panas, sepertinya memerah. Kamu tau? Suaramu begitu merdu malam ini. Apa kamu berlatih menyanyi sampai suaramu semerdu itu?
"Saat ini kamu hanya milikku seorang sayang," bisikmu lagi. Lirih. Hampir tak terdengar. Larut bersama kesunyian malam.
Perlahan, tanganmu yang lembut mulai menyentuh wajahku. Ah… sepertinya ada yang beda dengan sentuhanmu malam ini. Tapi mungkin ini hanya perasaanku saja. Aku hanya sedikit resah, sedari tadi kamu selalu berbisik, kamu tak secerewet biasanya. Apa kamu takut suara merdumu akan hilang jika terlalu banyak bicara?
"Bangsat!"
Aku terlonjak kaget mendengar teriakan seseorang yang mendobrak pintu. Tunggu. Sepertinya aku kenal suara itu.
"Apa yang kau lakukan di sini dengan istriku? Setan kurang ajar!"
Tidak. Bukan kenal lagi. Aku tau betul itu suara siapa. Kugerakkan tangan mencari selimut dan apapun yang bisa menutupi tubuhku. Sial. Aku benci kegelapan.*
No comments:
Post a Comment