Akan kuceritakan padamu tentang Perempuan plin-plan tak tau
diri. Dia siapanya aku? Yah… hanya seseorang yang kukenal. Dia itu perempuan
terkikuk yang pernah kutemui. Dia juga sering membuatku malu karena keputusan
plin-plannya. Suatu hari ada seorang Kakak menitipkan anak kucing padanya. Katanya
ia hanya perlu menjaganya selama setahun. Awalnya ia menolak, tapi hanya karena
beberapa kata petuah dari Kakak itu akhirnya ia bersedia.
“Menjaganya selama setahun, mungkin tak seseram yang kubayangkan?”
ujarnya saat itu.
Setelah Kakak itu pergi menitipkan anak kucing padanya, Si Perempuan
ini langsung merasa tak yakin. “Kenapa aku menerima anak kucing ini padahal aku
tak tau cara merawat kucing? Bahkan aku tak pernah merawat binatang sekalipun,”
benaknya saat itu kala menjelang tidur. “Mungkin besok aku bisa minta bantuan
teman-teman,” pikirnya kemudian. Dia akhirnya tertidur lelap setelah pikiran
plin-plannya tersingkirkan sesaat.
Esoknya dia memawa anak kucing itu pada temannya, berharap
temannya ada yang mau merawat anak kucing itu untuknya. Tapi setelah bertemu
beberapa temannya, mereka semua memeberikan wejangan bahwa itu tanggung
jawabnya. Temannya berkata bahwa Si Perempuan itu yang harus merawatnya bukan menyerahkannya
pada mereka. Yah... memang benar itu tanggung jawabnya. Mendadak ia menjadi selalu
gusar setiap membayangkan harus merawat anak kucing. Bagaimana jika ia mati di
tangannya? Bagaimana jika terjadi hal-hal lain yang menyakiti si anak kucing?
Ia semakin tak yakin bisa melakukannya.
“Mungkin aku harus serahkan lagi anak kucing ini pada Kakak
itu.” Akhirnya pemikiran menyerah itulah yang menjadi penutup keplin-planannya.
Esoknya dia bilang pada Kakak itu bahwa ia tak bisa merawat
anak kucing titipannya. Dia bahkan menelantarkan anak kucing itu tanpa
memberinya makananan hanya dengan alasan ia tak bisa merawat anak kucing.
“Ah… sesal itu memang selalu datang belakangan. Setidaknya
aku harus meminta maaf dengan benar. Kakak itu pasti jengkel sekali padaku,” ujar
Si Perempuan ketika selesai membaca tulisan yang ia ketik dua tahun lalu.
No comments:
Post a Comment