Tuesday 1 August 2017

Fiksimini #5 : Semakin Absurd

@aiobiobi

HUJAN SEBATANG KARA.
Tadi malam serintik hujan menghampiri. Dia bilang rombongannya hilang diculik angin.

PADA DAUN.
Aku titipkan nasibku pada sehelai daun yang kutemui di jendela kamar. Terserah mau ia bawa kemana. Entah hilang terbawa angin atau mati terinjak kaki.

PENJAJA WAKTU.
Sekarang ini semua serba dijual. Tadi pagi aku melihat penjaja waktu. Berkeliaran di jalan membawa kantung-kantung angka. Katanya, kau bisa menambah jam untuk hari ini.

GANGGUAN.
"Nikmati saja." Ayah berujar santai ketika aku protes dengan layar televisi yang menayangkan parade semut setiap hari.

AKTING.
Ekspresinya alami sekali ketika rantai besi menjerat lehernya. "Cut!" Para Kru bergegas melepas rantai yang dipenuhi bercak merah.

DEPRESI.
Gadis itu tersenyum samar. Cutter di atas meja yang selama ini ia hiaraukan, kini lebih menarik perhatian.

NYAMUK.
Wangi darah selau menjadi topik perbincangan di akhirat.

VIDEO.
Ia baru beranjak bangun saat persediaan tisu di sampingnya habis.

APLAUSE.
Tirai sudah tertutup. Pertunjukan kali ini dipenuhi sesak dan sesal yang memenuhi bangku penonton.

POSESIF.
Tidak. Aku tidak membencimu. Aku hanya ingin mengawetkanmu dalam peti kaca yang kusiapkan.

TAK BERGERAK.
Mungkin dia terlalu lelah, setelah jantungnya aku awetkan tadi malam.

DALAM KEPALA.
Awan itu kembali datang. Menjemputku menuju negeri fatamorgana.

DENDAM.
Dia menangis melihat pisau yang ia pegang meleset dari dada temannya.

LEPAS.
Tengkorak itu berjalan terseok seok, memangku kepalanya sendiri.

PAGI.
Ketika semua langkah mengajakmu bercengkrama.

DUNIA KAKU.
Di dunia ini hanya ada saya dan kamu. Anda hanya pengingat ketika saya dan kamu sudah menyimpang terlalu jauh.

DIGITALISASI.
Para pawang ular sedang sibuk. Mereka sibuk belajar ai-ti, katanya ular tangga sudah digitalisasi.

No comments:

Post a Comment

Gomawo~