Mata itu tak
berekspresi. Tatapnnya kosong seperti beberapa jam lalu, memandang
datar gerak-gerik seorang lelaki di hadapannya. Ia tetap bergeming, membiarkan
lelaki itu terus bergerak dan berceloteh tak karuan.
“Kamu tau kenapa negara ini tak pernah maju?” Setelah sekian
lama bungkam akhirnya wanita itu bersuara, tetap dengan tatapan kosongnya.
“Eh? Aku tak peduli sama negara ini sayang, aku cuma peduli sama kamu,” ujar lelaki di hadapannya seraya mengulurkan tangan mengelus wajah wanita
itu, nafasnya terengah.
Wanita itu tersenyum sinis, lantas melirik sekilas pada jam dinding di hadapannya. Dua belas lebih
sepuluh. Dengan gerakan cepat ia mendorong lelaki di hadapannya yang hendak
menciumnya kembali. “Sudah dua jam. Sesuai kesepakatan. Aku selesai.” Perempuan itu
berdiri, beranjak menuju lemari di samping ranjang, lantas memakai baju yang
tergeletak di sana. “Thanks,” ujarnya sambil mengacungkan sebuah amplop tebal
berisi uang kepada lelaki yang masih tampak lapar di atas ranjang.*