Terkuak sudah semuanya. Malam itu di
tengah guyuran hujan yang bertalu-talu memukul atap rumah, seorang gadis
berseragam kantoran berdiri kaku di ambang pintu kamar. Air mata
menggenangi pelupuk matanya yang sedikit sipit. Berdesakan, memaksa
untuk dikeluarkan.
Detik
pertama. Ia masih bergeming menatap kecewa sekaligus benci dua orang di
hadapannya yang sibuk menutupi diri dengan selimut. Detik kedua.
Pipinya yang tirus mulai basah oleh air mata.
“Dasar
berengsek!” Detik ketiga ia meneriakkan semua amarahnya.
Gadis itu membanting pintu di hadapannya, lantas beranjak pergi dari sana dengan langkah tergesa. Malam itu, ia mengerti bagaimana rasanya dikhianati teman sendiri.
Gadis itu membanting pintu di hadapannya, lantas beranjak pergi dari sana dengan langkah tergesa. Malam itu, ia mengerti bagaimana rasanya dikhianati teman sendiri.
No comments:
Post a Comment